 |
Setiyo Hadi, Ketua TBB SALAM Jember |
Banyak Kalangan yang menentang kebijakan Bupati Djalal
(Bupati Jember) yang berupaya melakukan industrialisasi di Jember. Kebijakan
ini dianggap menabrak Rencana Tata Ruang, baik tingkat nasional maupun propinsi
Jawa Timur.
Di tengah penentangan terhadap kebijakan industrialisasi Pak
Djalal, muncul suara “Dukung 100% Industrialisasi Di Jember!!!” yang disuarakan
Setiyo Hadi, Ketua Taman Baca Budaya (TBB) SALAM Jember. Berikut ini wawancara Kencong News dengan Setiyo Hadi.
Kencong News:
Apa pendapat anda tentang industrialisasi yang dicanangkan
oleh Pak Djalal (Bupati Jember)?
Setiyo Hadi :
Apa yang dilakukan Pak Djalal itu sebetulnya hal yang lumrah dan
biasa aja, tidak ada yang perlu dirisaukan. Bahkan kalau memang benar-benar
bisa menyejahterakan rakyat Jember kebijakan itu harus didukung.
Kencong News:
Apa harus didukung meskipun kebijakan tersebut melanggar
aturan, Rencana Tata Ruang, yang lebih di atasnya dan akan mengurangi lahan
pertanian sekitar 50%?
Setiyo Hadi:
Ada yang perlu disamakan persepsinya, yaitu tentang makna
industrialisasi itu sendiri.
Kencong News:
Maksud anda?
Setiyo Hadi:
Perubahan sosial ekonomi menjadi proses utama dilakukan dalam
industrialisasi, yaitu terjadinya perubahan system mata pencaharian masyarakat
agraris berubah menjadi masyarakat industry. Dalam masyarakat industry
mempunyai cirri utama semakin beragamnya pekerjaan yang ditandai dengan
spesialisasi dalam pekerjaan, serta gaji dan penghasilan yang tinggi.
Kencong News:
Apakan masyarakat Jember saat ini dan akan datang siap
menghadapi proses industrialisasi?
Setiyo Hadi:
Industrialisasi sangat berkaitan dengan inovasi teknologi.
Saya lihat, saat ini teknologi informasi sudah masuk ke pelosok dusun dan desa
di seluruh Jember. Jaringan telepon seluler sudah masuk ke pelosok Jember,
bahkan setiap orang sudah menggunakan HP sebagai alat komunikasi. Ini merupakan
modal awal dari industrialisasi.
Masyarakat Jember sudah mampu mengakses dunia luar dengan
kecanggihan selular maupun internet. Internet sudah masuk ke desa – desa.
Sehingga saat ini sudah sedikit yang gaptek alias gagap teknologi. Yang jadi
persoalan masyarakat Jember hanya menjadi konsumen dari produk-produk teknologi
tersebut, belum mampu memproduksinya.
Masyarakat Jember sesungguh berada pada kondisi “pancaroba”
atau peralihan yang rentan dengan berbagai permasalahan sosial.
Kencong News:
Apa yang dimaksud dengan kondisi “pancaroba” tersebut? Tolong
jelaskan lebih jelasnya.
Setiyo Hadi:
Masyarakat Jember sedang berada dalam proses perubahan dari
masyarakat agrari menuju masyarakat industry, jelasnya belum dalam fase
industrial, Ibarat sudah musim kemarau menjelang musim hujan, tapi belum musim
hujan, ini yang dimaksud dari musim pancaroba. Begitu pula kondisi pancaroba
adalah kondisi peralihan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industrial.
Masyarakat Jember masih berada dalam kultur agraris yang
berada pada fase menuju masyarakat industrial. Seperti yang diungkapkan Jakoeb
Oetama saat ini kita berada dalam dunia yang borderless, tanpa batas, tanpa
sekat, terbuka dan trasparan, perbedaan dan kesenjangan disaksikan bersama dan
mau tak mau menjadi kesadaran dan gugatan bersama.
Pada kondisi pancaroba ini kesenjangan social semakin
terlihat menganga, bagaikan luka bakar akut tanpa adanya perban. Ketidak adilan
di bidang ekonomi semakin nyata terlihat. Inilah yang menjadi pokok dari
gugatan dan tentangan terhadap kebijakan industrialisasi yang belum diterangkan
secara nyata.
Kondisi masyarakat Jember saat ini tidak dapat dilepaskan
kondisi Nasional sejak timbulnya Krisis tahun 1997 yang mendorong Reformasi
1998. Krisis yang memunculkan reformasi merupakan puncak gunung es, hari demi
hari sampai sekarang ini mulai jelas sosok gunung es tersebut.
Krisis dan Reformasi yang multidimensi memunculkan kondisi
pancaroba sampai saat ini. Ekonomi pancaroba, social pancaroba, hukum
pancaroba, politik pancaroba, serta kebudayaan pancaroba. Kondisi pancaroba ini
menghadirkan konflik vertical dan horizontal yang berkepanjangan dapat menjadi
ancaman disintegrasi bangsa. Kondisi pancaroba ini memunculkan suasana yang
dilematis.
Kencong News:
Apa relevansinya kondisi pancaroba tersebut dengan kebijakan
Bupati Djalal yang melakukan industrialisasi di Jember?
Setiyo Hadi:
Penentangan terhadap kebijakan Bupati Jalal berkaitan
industrialisasi di Jember merupakan wujud dari kondisi dilematis dalam kondisi
social yang pancaroba.
Pertama, Bupati Djalal menggulirkan kebijakan untuk industrialisasi
di Jember dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Namun indusstrialisasi yang digulirkan Djalal belum diperkuat landasan
konseptual yang mapan. Sekedar kegalauan Pak Djalal akan ketidakperdulian
pemerintah pusat dan daerah tingkat propinsi tentang berbagai kebijakan di
Jember yang saat ini Bupatinya adalah Djalal.
Kedua, penentangan terhadap kebijakan untuk industrialisasi
di Jember pun menunjukkan kondisi dilematis masyarakat pancaroba, bahwa
lontaran Pak Djalal itu menabrak Rencana Tata Ruang Pusat dan Propinsi serta
rencana industrialisasi ini dianggap akan mengalihfungsikan banyak lahan sawah
menjadi pabrik-pabrik.
Kencong News:
Lalu, setujukah anda terhadap kebijakan industrialisasi Pak
Djalal ?
Setiyo Hadi :
Saya dukung 100% industrialisasi di Jember yang berbasiskan
pada kultur masyarakat Jember. Industri yang berbasiskan kultur (industrial
based culture) inilah yang dikembangkan dan cocok di Jember.
Kultur masyarakat Jember masih dalam kondisi pancaroba, masih
dominan dalam kultur agraris. Sumber daya alam yang dominan untuk pertanian,
perkebunan, serta peternakan-perikanan (baik laut maupun darat).Industri
pertambangan masih rentan dengan penentangan dari masyarakat yang kuatir akan
kerusakan alam.
Indusstri yang berbasiskan kultur dimaksud disini yang
pertama adalah INDUSTRI PERTANIAN TERPADU. Industri pertanian terpadu telah
diuji cobakan di Jepang – Cina. Kultur masyarakat Jember sangat cocok dengan pengembangan
dan pembangunan INDUSTRI PERTANIAN TERPADU.
Kedua industi yang berbasiskan kultur perlu mendapat
perhatian lebih serius INDUSTRI KREATIF. Industri kreatif ini berkaitan dengan
aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan penciptaan pengetahuan dan informasi.
Industri kreati bermula dari pemanfaatan hasil / produk
kreativitas, keterampilan, serta bakat dan minat dalam upaya peningkatan
kesejahteraan ekonomi dan social. Industri kreati berupaya mengeksploitasi daya
kreasi dan cipta manusia yang terdiri dari periklanan, arsitektur, seni,
kerajinan, desain, fashion, film, music, seni pertunjukan, penerbitan, serta penelitian
dan pengembangan.
Perlu ditegaskan bahwa kita Dukung 100% industrialisasi di
Jember yang berbasiskan cultural yang mengedepankan Industri Pertanian Terpadu
dan industry kreatif.(KN-26102012)