Kamis, 17 Juli 2025

HUBUNGAN INDIA DENGAN WILAYAH INDONESIA (PENGARUH HINDU DAN BUDDHA) ANTARA ABAD 4 SEBELUM MASEHI – ABAD 1 SEBELUM MASEHI

HUBUNGAN INDIA DENGAN WILAYAH INDONESIA (PENGARUH HINDU DAN BUDDHA) ANTARA ABAD 4 SEBELUM MASEHI – ABAD 1 SEBELUM MASEHI

Oleh

Y. Setiyo Hadi

@edukatortambeng – Boemi Poeger Persada

 

Pengaruh India, dalam hal ini agama Hindu dan Budha, terjadi antara abad 4 sampai 2 sebelum Masehi. Ramayana, yang ditulis Resi Walmiki (Valmiki), dikisahkan Sri Rama memerintahkan Hanuman mencari Sita (istri Sri Rama) yang diculik Rahwana. Hanuman diperintah Sri Rama untu mencari Sita di delapan penjuru mata angin, salah satunya bernama Yavadvipa, “Lewatilah Yavadvipa, tujuh kerajaan menjadi hiasan. Itulah tanah emas dan perak..” Para ahli sejarah sepakat Yavadvipa yang disebut menghasikan emas dan perak itu adalah adalah Pulau Jawa.

Ramayana yang ditulis Rsi Valmiki, yang terdiri dari 24.000 shloka dan tujuh canto (kaṇḍa), menceritakan kisah Sri Rama dari kota Ayodhya di Kerajaan Kosala, yang istrinya Sita diculik oleh Rahwana, raja Rakshasa dari Lanka. Perkiraan para Sejarawan tahap paling awal teks berkisar antara abad ke-8 hingga ke-4 Sebelum Masehi.

Koneksi India dengan Kepulauan Nusantara, terutama Pulau Jawa, dapat terdeteksi dalam kisah epos Ramayana dari India. Sugriwa, dalam kisah epos Ramayana, seorang jenderal dari Sri Rama mengirim anak buahnya ke Yawadvipa yang diidentifikasi sebagai Pulau Jawa untuk mencari Sita. Bangsa India telah terkoneksi dengan kepulauan Nusantara / Jawa berkisar antara abad 8 sampai abadd 4 SM, demikian bangsa dari Nusantara / Jawa kuna (dalam rumpun Bangsa Austronesia) melalu perdagangan bahari di Laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia bersafaari di India.

Adanya koneksi timbal balik antara India dengan Nusantara pada era prasejarah tersebut memungkin persebaran ajaran Hindu-Buddha dari India dan aspek kebudayaannya, termasuk bahasa Sansekerta dan Aksara Brahmi, bermigrasi ke kepulauan Nusantara / Jawa. Hal ini memungkinkan terjadi meresapnya pengaruh Indi dalam budaya dan tradisi Nusantara yang merupakan perpaduan dari India, China, Asia Tenggara, dan budaya asli Nusantara.

Peta Geographike Gypehegesis, karya dari Claudius Ptolomeus, yang ditulis pada tahun 150 Masehi menjelaskan berbagai kapal dari Aleksandria rutin berlayar dari Teluk Persia menuju Bandar Baybaza di Cambay, India dan Majuri di Kochin, India Selatan. Claudius Ptolomeus juga menjelaskan dari pelabuhan-pelabuhan itu kapal melanjutkan pelayaran pantai timur India hingga ke kepulauan Aurea Chersonnesus. Di kepulauan itu kapal-kapal bakal singgah di Barousae, Sinda, Sabadiba, dan termasuk Iabadiou. Iabadiou adalah toponim yang sama dengan Yavadvipa atau Jawa.

Nusantara, khususnya Pulalu Jawa, merupakan daerah perdagangan yang strategis. Didukung kondisi alamnya, Memanfaatkan angin muson barat perahu-perahu beracdik dari Nusantara melintasi Samudera Hindia dan berlabuh di dermaga-dermaga di India hingga pantai timur Afrika.

Kontak perdagangan dan pelayaran India dengan Kepulauan Nusantara, yang diidentifikasi sebagai Sunda Land, pada era akhir prasejarah telah ditemukan di Situsan Sembiran dan Pacung Pantai Utara Pulau Bali. Terletak di tengah jalur maritim utama Gugusan Kepulauan Sunda (Sunda Land), antara Indonesia bagian timur dan barat, pelabuhan dan situs pemakaman Sembiran dan Pacung di pesisir utara Bali telah menghasilkan bukti penting untuk menilai kembali waktu dan dampak kontak pertukaran awal antara Kepulauan Asia Tenggara dengan India dan Asia Tenggara Daratan selama periode prasejarah akhir (200 SM–500 M).

Pertumbuhan jaringan tersebut  merupakan proses revolusioner yang melibatkan berbagai jenis interaksi budaya yang, pada akhir milenium pertama Masehi, mengarah pada pembentukan negara-negara berbasis India di Asia Tenggara, yang pusat-pusatnya berlokasi strategis di sepanjang jalur pertukaran awal.

 

REFERENSI

ARDIKA, I.W. 1991. Archaeological research in northeastern Bali, Indonesia. Disertasi tidak dipublikasikan, Australian National University.

ARDIKA, I.W. & P. BELLWOOD. 1991. Sembiran: the beginnings of Indian contact with Bali. Antiquity 65: 221–32.

ARDIKA, I.W., P. BELLWOOD, R.A. EGGLETON & D.J. ELLIS. 1993. A single source for South Asian export-quality Rouletted Ware. Man and Environment 18(1): 101–109.

ARDIKA, I.W., P. BELLWOOD, I.M. SUTABA & N.L.K.C. YULIATI. 1997. Sembiran and the first Indian contacts with Bali: an update. Antiquity 71: 193–95.

AZIZ, F. & SUDARTI. 1996. Bahan Baku Perunggu pada Awal Masehi di Bali: Tinjauan dari Sudut Analisa Kimia. Paper presented at the Pertemuan Ilmiah Arkeology VII meeting, 12–16 March, Cipanas.

Calo, dkk, 2015. Calo, Ambra; Bagyo Prasetyo, Peter Bellwood, James W. Lankton, Bernard Gratuze, Thomas Oliver Pryce, Andreas Reinecke, Verena Leusch, Heidrun Schenk, Rachel Wood, Rochtri A. Bawono, I Dewa Kompiang Gede, Ni L.K. Citha Yuliati, Jack Fenner, Christian Reepmeyer, Cristina Castillo and Alison K. Carter. 2015 “Sembiran and Pacung on the north coast of Bali: a strategic crossroads for early trans-Asiatic exchange”. Dalam Antiquity / Volume 89 / Issue 344 / April 2015, pp 378 – 396.

Goldman, R. P. (1984). The Rāmāyaṇa of Vālmīki: An Epic of Ancient India, Volume I: Balakāṇḍa. Princeton University Press.


Tidak ada komentar:

BENTANG ALAM DAN PASANGGRAHAN BONDOWOSO 1848 MASEHI

BENTANG ALAM DAN PASANGGRAHAN BONDOWOSO 1848 MASEHI Pasanggarahan Bondowoso atau Penginapan Pemerintah di Bondowoso dengan pemandangan Ben...