HUBUNGAN INDIA DENGAN WILAYAH INDONESIA (PENGARUH HINDU DAN BUDDHA) ANTARA ABAD 4 SEBELUM MASEHI – ABAD 1 SEBELUM MASEHI
Oleh
Y.
Setiyo Hadi
@edukatortambeng
– Boemi Poeger Persada
Pengaruh India, dalam hal
ini agama Hindu dan Budha, terjadi antara abad 4 sampai 2 sebelum Masehi.
Ramayana, yang ditulis Resi Walmiki (Valmiki), dikisahkan Sri Rama
memerintahkan Hanuman mencari Sita (istri Sri Rama) yang diculik Rahwana.
Hanuman diperintah Sri Rama untu mencari Sita di delapan penjuru mata angin,
salah satunya bernama Yavadvipa, “Lewatilah Yavadvipa, tujuh kerajaan menjadi
hiasan. Itulah tanah emas dan perak..” Para ahli sejarah sepakat Yavadvipa yang
disebut menghasikan emas dan perak itu adalah adalah Pulau Jawa.
Ramayana yang ditulis
Rsi Valmiki, yang terdiri dari 24.000 shloka dan tujuh canto (kaṇḍa),
menceritakan kisah Sri Rama dari kota Ayodhya di Kerajaan Kosala, yang istrinya
Sita diculik oleh Rahwana, raja Rakshasa dari Lanka. Perkiraan para Sejarawan tahap
paling awal teks berkisar antara abad ke-8 hingga ke-4 Sebelum Masehi.
Koneksi India dengan
Kepulauan Nusantara, terutama Pulau Jawa, dapat terdeteksi dalam kisah epos
Ramayana dari India. Sugriwa, dalam kisah epos Ramayana, seorang jenderal dari
Sri Rama mengirim anak buahnya ke Yawadvipa yang diidentifikasi sebagai Pulau
Jawa untuk mencari Sita. Bangsa India telah terkoneksi dengan kepulauan
Nusantara / Jawa berkisar antara abad 8 sampai abadd 4 SM, demikian bangsa dari
Nusantara / Jawa kuna (dalam rumpun Bangsa Austronesia) melalu perdagangan
bahari di Laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia bersafaari di India.
Adanya koneksi timbal
balik antara India dengan Nusantara pada era prasejarah tersebut memungkin
persebaran ajaran Hindu-Buddha dari India dan aspek kebudayaannya, termasuk
bahasa Sansekerta dan Aksara Brahmi, bermigrasi ke kepulauan Nusantara / Jawa.
Hal ini memungkinkan terjadi meresapnya pengaruh Indi dalam budaya dan tradisi
Nusantara yang merupakan perpaduan dari India, China, Asia Tenggara, dan budaya
asli Nusantara.
Peta Geographike
Gypehegesis, karya dari Claudius Ptolomeus, yang ditulis pada tahun 150 Masehi
menjelaskan berbagai kapal dari Aleksandria rutin berlayar dari Teluk Persia
menuju Bandar Baybaza di Cambay, India dan Majuri di Kochin, India Selatan. Claudius
Ptolomeus juga menjelaskan dari pelabuhan-pelabuhan itu kapal melanjutkan
pelayaran pantai timur India hingga ke kepulauan Aurea Chersonnesus. Di
kepulauan itu kapal-kapal bakal singgah di Barousae, Sinda, Sabadiba, dan
termasuk Iabadiou. Iabadiou adalah toponim yang sama dengan Yavadvipa atau
Jawa.
Nusantara, khususnya Pulalu Jawa, merupakan daerah perdagangan yang strategis. Didukung kondisi alamnya, Memanfaatkan angin muson barat perahu-perahu beracdik dari Nusantara melintasi Samudera Hindia dan berlabuh di dermaga-dermaga di India hingga pantai timur Afrika.
Kontak perdagangan dan
pelayaran India dengan Kepulauan Nusantara, yang diidentifikasi sebagai Sunda
Land, pada era akhir prasejarah telah ditemukan di Situsan Sembiran dan Pacung
Pantai Utara Pulau Bali. Terletak di tengah jalur maritim utama Gugusan
Kepulauan Sunda (Sunda Land), antara Indonesia bagian timur dan barat,
pelabuhan dan situs pemakaman Sembiran dan Pacung di pesisir utara Bali telah
menghasilkan bukti penting untuk menilai kembali waktu dan dampak kontak
pertukaran awal antara Kepulauan Asia Tenggara dengan India dan Asia Tenggara
Daratan selama periode prasejarah akhir (200 SM–500 M).
Pertumbuhan jaringan tersebut
merupakan proses revolusioner yang
melibatkan berbagai jenis interaksi budaya yang, pada akhir milenium pertama
Masehi, mengarah pada pembentukan negara-negara berbasis India di Asia
Tenggara, yang pusat-pusatnya berlokasi strategis di sepanjang jalur pertukaran
awal.
REFERENSI
ARDIKA, I.W. 1991. Archaeological
research in northeastern Bali, Indonesia. Disertasi tidak
dipublikasikan, Australian National University.
ARDIKA, I.W. & P.
BELLWOOD. 1991. Sembiran: the beginnings of Indian contact with Bali. Antiquity
65: 221–32.
ARDIKA, I.W., P.
BELLWOOD, R.A. EGGLETON & D.J. ELLIS. 1993. A single source for South Asian
export-quality Rouletted Ware. Man and Environment 18(1): 101–109.
ARDIKA, I.W., P.
BELLWOOD, I.M. SUTABA & N.L.K.C. YULIATI. 1997. Sembiran and the first Indian
contacts with Bali: an update. Antiquity 71: 193–95.
AZIZ, F. & SUDARTI.
1996. Bahan Baku Perunggu pada Awal Masehi di Bali: Tinjauan dari Sudut Analisa
Kimia. Paper presented at the Pertemuan Ilmiah Arkeology VII meeting, 12–16
March, Cipanas.
Calo, dkk, 2015. Calo, Ambra;
Bagyo Prasetyo, Peter Bellwood, James W. Lankton, Bernard Gratuze, Thomas Oliver
Pryce, Andreas Reinecke, Verena Leusch, Heidrun Schenk, Rachel Wood, Rochtri A.
Bawono, I Dewa Kompiang Gede, Ni L.K. Citha Yuliati, Jack Fenner, Christian
Reepmeyer, Cristina Castillo and Alison K. Carter. 2015 “Sembiran and Pacung on
the north coast of Bali: a strategic crossroads for early trans-Asiatic
exchange”. Dalam Antiquity / Volume 89 / Issue 344 / April 2015, pp 378 – 396.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar