Periode
1900 sampai 1942, dalam konteks Sejarah Nasional Indonesia, dikenal sebagai
Pergerakan Nasional yang dijuluki pula sebagai Abad Nasionalisme (Kartodirdjo,
1990: ix). Pergerakan Nasional muncul sebagai reaksi terhadap imperialisme dan
kolonialisme yang menyeruak imperialisme dan kolonialisme dalam abad 19 M dan
awal abad 20 M.
Ekspansi
Barat sejak penghujung abad 15 M menampilkan Belanda dengan V.O.C. memegang
monopoli dan hegemoni politik di Nusantara dengan perlawanan di mana-mana. Di
Pojok Timur Pulau terjadi perlawanan Blambangan sampai terjadinya Puputan Bayu.
Begitu
pula di bagian Bondowoso dan Jember yang pada masa V.O.C. dalam kesatuan lokal
Landschap / Regentschap Poeger sebelum sistem Residentie (Karesidenan) di
berlakukan terjadi gejolak di Pulau Nusa Barong antara tahun 1776 - 1790.
Gejolak di Nusa Barong dinarasikan oleh Sri Margana dalam artikelnya “Nusa
Barong On Fire” (Margana, 1994).
Kemudian
menjelang berakhir abad 18 Masehi, diwilayah Regentschap Poeger (Bondowoso dan
Jember) terjadi gejolak perlawanan lokal. Gagak Baneng dicatat C.J. Bosch
melakukan perlawanan di Tegal Banteng (Bosch, 1857).
Integrasi
kewilayahan lokal di pojok timur Jawa ke dalam negara kolonial terjadi antara
tahun 1800 - 1830 M dengan terbentuknya Residentie Bezoeki. Era ini terjadi
perlawanan Aryo Galedak yang menjadikan Regentschap Poeger sebagai Afdeeling
Bondowoso yang mengintegrasikan Puger dan Jember dalam Afdeeling Bondowoso
(Bosch, 1857).
Abad
19 M, Bondowoso, Bondowoso dan Jember, terintegrasi dalam Sistem Kolonial
beserta sistem eksploitasinya membawa dampak luas dengan terjadinya
komersialisasi, industrialisasi pertanian, serta birokratisasi. Terjadi pula
modernisasi di bidang komunikasi, transportasi, dan edukasi.
Periode
awal abad 20 M di Jember terjadi perlawanan kaum Santri di Curahwelut Kawedanan
Rambipuji dengan sosok pemimpin Kjai Aminah terkait hak-hak atas tanah yang
dikuasai oleh Onderneming dengan dikemas isu Prang Sabil (Bosman, 1906)
Periode
1900 - 1942 terjadi Pergerakan Nasional yang menyeruak ke seluruh daerah. Gejolak terjadi terkait
hak-hak kaum buruh perkebunan di Karangharjo Silo Jember yang dipimpin oleh
Haji Abdul Jabbar tahun 1932 yang berafiliasi dengan Partai Sarekat Islam yang
sebelumnya adalah Sarekat Islam. H.O.S. Tjokroaminoto tokoh utama SI sering
bertandang ke Silo (De Indische Courant 22 – 07 – 1932),.
Organisasi-organisasi
Pergerakan Nasional yang muncul pada antara 1900 sampai 1942 sampai juga tumbuh
berkembang di Kabupaten Jember yang dikenal sebagai wilayah perkebunan dengan
berbagai onderneming yang diinvestasikan ke bangsa Eropa.
Menarik
untuk ditelisik terus Spirit Pergerakan Nasional di wilayah Kabupaten Jember
antara tahun 1900 sampai 1942 M. Untuk mengisi ruang kosong dari struktur dasar
dari sejarah Jember.
Kencong, 15 Januari 2024 Masehi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar