Kamis, 21 Juni 2012

KENCONG KOTA LAMA


Gedung Tak Yang Tak Terurus
 
Sedikitnya ada empat (4) bukti sejarah yang menjadi acuan awal tentang keberadaan wilayah Kencong pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Keempat bukti sejarah ini yang menjadi dasar revisi total dari penulisan sebelumnya, serta keempat bukti tersebut berasal dari khasanah arsip kolonial Belanda.
Pertama, artikel ditulis oleh J. Hageman Jcz yang berjudul “Over De Nijverheid In Zuidoostelijk Java” dalam Tijdschrift Voor Nijverheid En Landbouw In Nederlandsch Indie, Deel VIII, Batavia: W. Ogilvie, tahun 1862 (halaman 27 saMPAI 66. KENTJONG, ejaan lama dari Kencong, merupakan bagian Poeger yang menjadi perbatasan Poeger dengan Loemadjang di bagian Barat.
Sumber penulisan dari J Hageman ini, selain perjalanannya dia sendiri, juga mengambil referensi dari penulis-penulis sebelumnya di antaranya Junghuhn, Zollinger, dan Bosch serta Horsfield. Hageman menyebut Kencong sebagai bagian Poeger dengan penjelasan tentang sumber daya alam yang ada di dalamny, serta ditemukan informasi tentang referensi dari penulis yang menyebut nama Kencong sebelum Hageman, yaitu: Junghuhn.
Kedua, tulisan Frans Junghuhn dalam bukunya yang berjudul “Java Seine Gestalt, Pflanzendecke Un Innere Bauart Von Frans Junghuhn Mach Der Zweiten, Verbesserten Auflage Des Hollandschen Orginal” (diterbitkan Leipzig: Arnoldische Buchhandlung, 1854). Frank Junghuhn, naturalis (ahli ilmu alam) dari Jerma, pada tahun 1844 melakukan perjalanan ke Poeger, Djember dan Bondowoso serta Lumajang dengan mengungkapkan kondisi alam wilayah ini serta sumber daya alam yang ada di dalamnya.
Upaya menemukan tulisan Junghuhn didasarkan dari informasi yang digunakan oleh Hageman dalam artikelnya di atas. Junghuhn berkunjung ke Kencong pada tanggal 17 October 1844 dengan meyebut Kencong sebagai Kindjung. Posisi Kencong saat Junghuhn berkunjung disebutkan sebagai Post Kindjung.
Ketiga, dua peta dalam buku kumpulan peta Menvill yang diterbitkan pada tahun 1856, yaitu: Peta Residentie Bezoeki dan Peta Residentie Probolinggo. Peta Residentie Besoeki menunjukkan dengan jelas posisi Kencong dengan nama KENTJANG yang dapat ditempuh dari Jossowilanggun (Lamadjang), ke timur ditemukan nama KETTING, KENTJANG, MENAMPOE sampai Poeger.
Posisi Kencong sebagai pos di masaKolonial Belanda, tahun 1844, menunjukkan telah adanya sarana yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi, sosial dan politik di wilayah yang menjadi pos. Selain itu juga telah terjadi perkembangan sarana transportasi, bidang administrasi pemerintahan dan mobilitas sosial[1].
Peta kedua tentang Residentie Probolinggo menunjukkan bahwa Desa Cakru / Tjakroe (termasuk Paseban) adalah bagian dari Afdelling Lamadjang sebelum Kali Bondoyudo (dalam peta disebut River Djantung) di“bedah” menuju Pantai Selatan. Artinya sebagian wilayah Kencong sekarang, yang sekarang masuk wilayah administrasi Kabupaten Jember, pada awal abad ke-19 atau sebelumnya menjadi bagian Kabupaten Lamadjang (yaitu Cakru dan Paseban).
Keempat, buku Van Westersch Grootbedrijf, Overdruk eener serie artikelen uit het “Soerabaiasch Handelsblad” van 30, 31 Mei, 1, 2 en 3 Juni 1927 yang berisikan sebagian dari laporan hasil pembangunan empat (4) suiker fabriek (pabrik gula), yaitu: Jatiroto, Semboro, Goenoengsari (di Kencong) dan Bedadung. Dalam buku ini terdapat peta yang membagi Kencong menjadi dua yaitu gebied Kentjong Oost (wilayah Kencong Timur) dan gebied Kentjong West (wilayah Kencong Barat).
Buku tersebut juga menyajikan foto perkembangan pembangunan Suiker Fabriek Goenoeng Sari yang terdapat di wilayah Kencong. Foto pertama menggambarkan Suiker Fabriek Goenoengsari In October 1926, kemudian foto kedua menggambarkan De Fabriek Goenoengsari Eind April 1927.
Pendirian pabrik gula (suiker fabriek) Goenoengsari di Kencong mengukuhkan Kencong sebagai kota. Pendirian pabrik gula Goenoengsari di Kencong tidaklah dilakukan secara serta merta begitu saja, namun melalui proses  kajian secara detil efektifitas dan efisiensi pada masanya.


[1] Pengaruh dibangunnya Jalan Raya Pos Anyer Penarukan di Pantai Utara pada masa Deandels 1808 – 1811 sebagai awal terbukanya akses ke pedalaman Jawa, daerah Besoeki – Jember – Poeger termasuk Kencong sebagai penghasil sumber daya alam yang dibutuhkan pihak kolonial. Lihat Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500 – 1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid 1, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 291 -292.

Tidak ada komentar:

STORY LINE BOEMI POEGER (LANDSCHAP EN REGENTSCHAP POEGER) : Wilayah Sejarah Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur – Indonesia

  Story Line BOEMI POEGER (LANDSCHAP EN REGENTSCHAP POEGER) : Wilayah Sejarah Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur –...