Gedung Tak Yang Tak Terurus
Sedikitnya ada empat (4)
bukti sejarah yang menjadi acuan awal tentang keberadaan wilayah Kencong pada
abad ke-19 dan awal abad ke-20. Keempat bukti sejarah ini yang menjadi dasar
revisi total dari penulisan sebelumnya, serta keempat bukti tersebut berasal
dari khasanah arsip kolonial Belanda.
Pertama, artikel ditulis oleh J.
Hageman Jcz yang berjudul “Over De Nijverheid In Zuidoostelijk Java” dalam Tijdschrift
Voor Nijverheid En Landbouw In Nederlandsch Indie, Deel VIII, Batavia:
W. Ogilvie, tahun 1862 (halaman 27 saMPAI 66. KENTJONG, ejaan lama dari
Kencong, merupakan bagian Poeger yang menjadi perbatasan Poeger dengan
Loemadjang di bagian Barat.
Sumber penulisan dari J
Hageman ini, selain perjalanannya dia sendiri, juga mengambil referensi dari
penulis-penulis sebelumnya di antaranya Junghuhn, Zollinger, dan Bosch serta
Horsfield. Hageman menyebut Kencong sebagai bagian Poeger dengan penjelasan
tentang sumber daya alam yang ada di dalamny, serta ditemukan informasi tentang
referensi dari penulis yang menyebut nama Kencong sebelum Hageman, yaitu:
Junghuhn.
Kedua, tulisan Frans Junghuhn
dalam bukunya yang berjudul “Java Seine Gestalt, Pflanzendecke Un Innere Bauart
Von Frans Junghuhn Mach Der Zweiten, Verbesserten Auflage Des Hollandschen
Orginal” (diterbitkan Leipzig: Arnoldische Buchhandlung, 1854). Frank Junghuhn,
naturalis (ahli ilmu alam) dari Jerma, pada tahun 1844 melakukan perjalanan ke
Poeger, Djember dan Bondowoso serta Lumajang dengan mengungkapkan kondisi alam
wilayah ini serta sumber daya alam yang ada di dalamnya.
Upaya menemukan tulisan
Junghuhn didasarkan dari informasi yang digunakan oleh Hageman dalam artikelnya
di atas. Junghuhn berkunjung ke Kencong pada tanggal 17 October 1844 dengan
meyebut Kencong sebagai Kindjung. Posisi Kencong saat
Junghuhn berkunjung disebutkan sebagai Post Kindjung.
Ketiga, dua peta dalam buku
kumpulan peta Menvill yang diterbitkan pada tahun 1856, yaitu: Peta Residentie
Bezoeki dan Peta Residentie Probolinggo. Peta Residentie Besoeki menunjukkan
dengan jelas posisi Kencong dengan nama KENTJANG yang dapat ditempuh dari
Jossowilanggun (Lamadjang), ke timur ditemukan nama KETTING, KENTJANG, MENAMPOE
sampai Poeger.
Posisi Kencong sebagai pos
di masaKolonial Belanda, tahun 1844, menunjukkan telah adanya sarana yang
sangat penting bagi perkembangan ekonomi, sosial dan politik di wilayah yang
menjadi pos. Selain itu juga telah terjadi perkembangan sarana transportasi,
bidang administrasi pemerintahan dan mobilitas sosial[1].
Peta kedua tentang
Residentie Probolinggo menunjukkan bahwa Desa Cakru / Tjakroe (termasuk
Paseban) adalah bagian dari Afdelling Lamadjang sebelum Kali Bondoyudo (dalam
peta disebut River Djantung) di“bedah” menuju Pantai Selatan. Artinya sebagian
wilayah Kencong sekarang, yang sekarang masuk wilayah administrasi Kabupaten
Jember, pada awal abad ke-19 atau sebelumnya menjadi bagian Kabupaten Lamadjang
(yaitu Cakru dan Paseban).
Keempat, buku Van
Westersch Grootbedrijf, Overdruk eener serie artikelen uit het “Soerabaiasch
Handelsblad” van 30, 31 Mei, 1, 2 en 3 Juni 1927 yang berisikan
sebagian dari laporan hasil pembangunan empat (4) suiker fabriek (pabrik
gula), yaitu: Jatiroto, Semboro, Goenoengsari (di Kencong) dan Bedadung. Dalam
buku ini terdapat peta yang membagi Kencong menjadi dua yaitu gebied
Kentjong Oost (wilayah Kencong Timur) dan gebied Kentjong West
(wilayah Kencong Barat).
Buku tersebut juga
menyajikan foto perkembangan pembangunan Suiker Fabriek Goenoeng Sari yang
terdapat di wilayah Kencong. Foto pertama menggambarkan Suiker Fabriek Goenoengsari In
October 1926, kemudian foto kedua menggambarkan De Fabriek Goenoengsari Eind
April 1927.
Pendirian pabrik gula (suiker
fabriek) Goenoengsari di Kencong mengukuhkan Kencong sebagai kota.
Pendirian pabrik gula Goenoengsari di Kencong tidaklah dilakukan secara serta
merta begitu saja, namun melalui proses
kajian secara detil efektifitas dan efisiensi pada masanya.
[1] Pengaruh dibangunnya
Jalan Raya Pos Anyer Penarukan di Pantai Utara pada masa Deandels 1808 – 1811
sebagai awal terbukanya akses ke pedalaman Jawa, daerah Besoeki – Jember –
Poeger termasuk Kencong sebagai penghasil sumber daya alam yang dibutuhkan
pihak kolonial. Lihat Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500 – 1900
Dari Emporium Sampai Imperium Jilid 1, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1992, hal 291 -292.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar