Oleh
Y.
Setiyo Hadi
Awal
Percakapan
Ada
keraguan pada beberapa kalangan berkaitan terjadi Booming Perakikan di era
tahun 2015 ini. Beberapa kalangan menganggap booming perakikan akan bernasib
sama dengan seperti booming ikan lohan, tanaman anturium, serta booming2
lainnya yang seumur jagung tidak abadi.
Mari
kita mengenal lebih lanjut perkembangan dunia perakikan. Untuk menguji
tanggapan beberapa kalangan yang pesimis menyatakan bahwa booming perakikan
akan bernasib sama dengan booming anturium yang bernafas sesaat.
Perakikan
(akik yang dikenal masyarakat Nusantara) di dunia barat dikenal sebagai
Gemstone atau Batu Mulia atau permata. Gemstone menjadi istilah mendunia yang
berkembang berabad-abad untu menunjukkan hasil dan pengolahan batu mulia.
Gem
stone atau batu mulia secara umum dibagi menjadi dua katagori,
yaitu precious stones dan semi precious stones. Precious stones ini yang
dikenal sebagai permata, sedangkan semi precious stones kemudian yang dikenal
dengan akik.
Secara
umum batu mulia, baik permata maupun akik, merupakan kristal mineral yang
dibentuk potongan dan dipoles yang umum dipergunakan sebagai perhiasan. Tidak
semua jenis batu dapat digunakan sebagai batu mulia, hanya batu tertentu yang
mempunyai kriteria sebagai batu mineral.
Umumnya,
batu yang digunakan sebagai batu mulia memiliki kandungan organik tertentu
serta memiliki kekerasan yang lebih dibandingkan dengan jenis batu lainnya.
Batu mulia memiliki kekerasan yang lebih dibandingkan yang bukan batu mulia.
Pengolahan
dan penggunaan batu mulia telah ada sejak zaman prasejaraah. Dari berbagai
peninggalan sejarah peradaban umat manusia dapat ditemukan awal zaman kuno
berbagai ukiran permata dalam berbagai peninggalan batu, seperti juga yang
terukir dalam cangkir atau berbagai peralatan kehidupan manusia lainnya.
Batu
mulia dalam sejarah umat manusia memunculkan profesi atau pekerjaan yang
berkaitan dengan pengolahan proses menjadikan batu mulia. Para pembuat batu
dikenal dengan sebutan sebagai pemotong batu mulia atau gemcutter.
Perdagangan
batu mulia menjadi abadi sepanjang sejarah umat manusia sebagai penikmat
kebesaran Tuhan Maha Kuasa dalam menciptakan bebatuan untuk kehidupan manusia.
Muncul industri batu mulia (gemstone industry) di berbagai
belahan dunia sejak berabad-abad lalu serta munculnya kajian ilmiah
tentang batu mulia yang dikenal sebagai gemology
menjadi bukti keabadian dari penikmatan batu mulia dari dulu, sekaran, serta
sampai di masa datang.
Karakteristik
Dan Klasifikasi Batu Mulia
Batu
mulia dibentuk sedekian rupa dibedakan berdasarkan karakteristiknya dan
kualitasnya. Pembagian tradisilonal di Barat yang berakar dari tradisi Yunani
Kuno membagi batu hias ini menjadi dua. Pertama, batu mulia (precious stones)
seperti berlian, rubi, safir, dan zamrud. Kedua, batu semi mulia (semi precious
stones) yang dikenal di Indonesia / Nusantara sebagai batu akik.
Batu
mulia sejak zaman kuno memperlihatkan kelangkaan batu dan kualitas batu. Batu
mulia yang tergolongkan dalam precious stones memperlihatkan tembus warnanya
dan bentuknya. Batu mulia memiliki kadar kekerasan dari 8 sampai 10 pada skala
Mohs.
Klasifikasi
atau pembagian jenis batu mulia dapat berdasarkan warna, tembus dan kekerasan
batu. Pembagian ini bisa mencerminkan nilai yang terkandung dalam batu mulia
yang berbeda-beda. Garne relatif murah. Garnet hijau yang dikenal sebagai
Tsavorite lebih berharga dibandingkan zamrud.
Batu-batu
semi muliah dapat ditemukan dalam perkembangan sejarah dan arkeologi seni yang
dikenal sebagai hardstone. Penggunaan
batu sebagai hiasan dapat ditemukan dalam berbagai peninggalan sejarah dan
arkeologi pada berbagai peninggalan sejarah.
Perkembangan
di zaman modern, keberadaan batu mulia baik dari sumber maupun proses dan hasil
batu mulia di kaji dalam ilmu pengetahuan di bidang GEMOLOGY. Pakar ilmu
perbatuan mulia dikenal sebagai GEMOLOGIST.
Pakar
gemology mengklasifikasikan karakter batu berdasarkan komposisi dari unsur
kimianya dalam sumber batunya. Misalnya, berlian yang berasal dari karbon (C)
dan rubi lebih dominan unsur aluminium oksidanya (Al 2 O).
Selain
itu, batu mulia selain diklasifikasikan berdasarkan sistem kristal, juga
diklasifikasikan dalam berbagai bagi yang berbeda, jenis, dan varietas yang
berbeda-beda. Sistem kristal dalam suatu batu dapat berupa kubi atau trigonal
maupun monoklinik, seperti: permata atau batu berlian yang memiliki sistem
kristal kubik yang biasanya sebagai octahedrons.
Warna
dari batu mulia juga digunakan dalam membedakan penamaan dari berbagai jenis
batu mulia. Ruby yang dominan warna merahnya, Emerald berwarna hijau,
aquamarine berwarna biru, beryl merah berwarna merah, goshenite tidak berwarna,
Heliodor berwarna kuning, serta Morganite berwarna merah muda. Secara ilmiah,
batu mulia atau permata diklasifikasikan berdasarkan indeks bias, dispersi,
berat jenis, kekerasan, belahan potongan, fraktur, dan kilau dari batu mulia
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar