Nama Nusantara identik dengan nama Indonesia. Konon,
wilayah-wilayah di Indonesia disebut dengan nama Nusantara.
Sumpah Palapa yang diikrarkan Gajah Mada pada tahun 1258 Saka
atau 1336 Masehi, saat diangkat sebagai patih Amangkubhumi di Kerajaan
Majapahit, mempopulerkan nama Nusantara sebagai suatu konsep kewilayahan
tatanegara Majapahi. Isi dari Sumpah Palapa tersebut a tercatat dalam kitab
Pararaton. Isinya:
“Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa,
sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah
ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa”
Artinya:
Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin
melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai)
Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun,
Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa
Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa pada tahun 1336 Masehi.
Pada ikrar tersebut dinyatakan wilayah Nusantara. Dengan demikian nama
kewilayahan Nusantara sudah dikenal sebelum tahun 1336 Masehi.
Ini menyatakan bahwa konsep kewilayahan Nusantara telah
menjadi suatu konsep kewilayahan yang
mantap dan jelas pada abad ke-14 Masehi. Kemunculan konsep ini menjadi
proses kultural historis yang menjadikan kewilayahan Nusantara sebagai salah
satu WILAYAH KEBUDAYAAN di dunia.
Kemunculan nama Nusantara tidak muncul begitu saja. Nama
Nusantara muncul melalui proses historis yang tidak pendek. Ada tiga aspek dari
proses munculnya nama Nusantara: aspek sosio kultural historis, aspek geografis,
dan aspek ketatanegaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar